Wanita Perhimpunan Sarjana Hukum

14 Rekor MURI, 80 Tahun RI: Santi Diansari dan Warisan Aksi untuk Negeri

Indonesia genap berusia 80 tahun merdeka. Sebuah usia yang menandai kedewasaan bangsa, di mana kita tidak lagi sekadar bertahan, tetapi melangkah lebih jauh, lebih berani, dan lebih bermakna. Di balik perjalanan panjang itu, banyak individu yang mengisi kemerdekaan dengan caranya masing-masing. Salah satunya adalah Santi Diansari Sarino Hargianto—seorang ibu, istri, pemimpin, sekaligus penggerak yang menorehkan jejak panjang di dunia olahraga, sosial, hukum, dan kemanusiaan.

Dari Arena Taekwondo ke Panggung Dunia

Lahir di Jakarta pada 5 September 1968, masa muda Santi diwarnai semangat olahraga. Ia bukan atlet biasa: sejak remaja ia telah mempersembahkan medali emas di PON XI (1985), juara dunia di San Francisco (1986), hingga meraih emas di Australian National Championship (1987).

Namun, baginya, kemenangan bukan soal medali semata. “Prestasi itu penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa melahirkan generasi baru yang lebih baik,” ujarnya. Prinsip inilah yang mendorongnya untuk melanjutkan kiprah sebagai pelatih nasional Taekwondo, wasit nasional, dan mentor bagi atlet muda setelah masa kejayaannya sebagai atlet.

Dari Anak ke Kemanusiaan

Perjalanan Santi berlanjut ke ranah sosial. Pada 2007, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dari sini, ia semakin dikenal sebagai sosok yang lantang memperjuangkan hak anak, khususnya mereka yang termarginalkan.

Beberapa tahun kemudian, ia bergabung dengan IBM Indonesia sebagai Country Manager CSR, menghubungkan teknologi dengan misi kemanusiaan. Program-program yang digagasnya menyentuh banyak bidang: literasi digital, pemberdayaan perempuan, hingga akses teknologi untuk masyarakat kecil.

Salah satu gagasannya yang paling berkesan adalah Typing Challenge 2016—sebuah gerakan mengetik ulang buku oleh 50.000 relawan untuk diubah menjadi braille dan audio book bagi penyandang tunanetra. Aksi ini bukan hanya mencetak rekor, tetapi juga cara sederhana untuk membuka pintu literasi yang setara bagi semua anak bangsa.

14 Rekor MURI untuk Indonesia

Tak banyak orang Indonesia yang bisa menorehkan prestasi seperti Santi: 14 Rekor MURI tercatat atas namanya. Rekor-rekor ini berasal dari beragam aksi, mulai dari trauma healing bagi 21 ribu anak korban gempa, pagelaran seni yang melibatkan ribuan peserta, hingga aksi kreatif menulis surat di atas daun kelapa hutan untuk Presiden RI.

Setiap rekor yang ia cetak bukan sekadar angka. Di baliknya ada pesan: bahwa kerja sosial bisa dilakukan dengan cara yang kreatif, melibatkan banyak pihak, dan berdampak luas. Santi membuktikan bahwa mengisi kemerdekaan bukan hanya tugas negara, tetapi juga inisiatif warga yang peduli.

Perempuan dan Hukum

Kiprah Santi tidak berhenti di olahraga dan sosial, ia kini juga berkecimpung di bidang hukum. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Wanita PERSAHI (Perkumpulan Wanita Sarjana Hukum Indonesia), organisasi yang menghimpun perempuan ahli hukum dari berbagai latar belakang.

Di bawah kepemimpinannya, Wanita PERSAHI aktif menggelar diskusi publik dan edukasi hukum, termasuk FGD tentang hukum waris yang bertujuan meningkatkan kesadaran perempuan akan hak-hak hukumnya. Ia juga mendorong sinergi dengan organisasi perempuan lain seperti KOWANI, mengangkat isu strategis tentang hukum waris, hak perempuan dalam perkawinan, hingga perlindungan hukum berbasis gender. Langkah ini mempertegas pesan penting: kemerdekaan harus diisi dengan kesadaran hukum yang berpihak pada keadilan, terutama bagi perempuan dan kelompok rentan.

Mengisi 80 Tahun Kemerdekaan

Bagi Santi, kemerdekaan bukan hadiah, melainkan ruang untuk berbuat. Ia mengisi ruang itu dengan berbagai peran: sebagai atlet, pemimpin sosial, penggerak hukum, ibu dari empat anak, dan istri dari Laksma (Purn) TNI Hargianto.

Saat Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaan, kisah Santi adalah pengingat bahwa perjuangan tidak selalu dilakukan di medan perang. Perjuangan hari ini adalah mencerdaskan anak bangsa, memberdayakan masyarakat, melindungi yang lemah, dan menjaga martabat bangsa di mata dunia.Warisan Aksi untuk Negeri

Jika generasi muda bertanya, “Apa arti merdeka hari ini?”, kisah Santi bisa menjadi jawabannya. Merdeka berarti berani berbuat, berani berbagi, dan berani mencipta. Merdeka berarti meninggalkan jejak yang bermanfaat—seperti 14 Rekor MURI yang ia torehkan, program sosial yang ia gerakkan, dan ruang keadilan hukum yang ia perjuangkan.

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, nama Santi Diansari berdiri sebagai teladan. Bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, bisa menjadi warisan aksi untuk negeri.

http://wanitapersahi.or.id

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*